Agama, Demokrasi, dan Politik Kebangsaan
Ditulis oleh Muhammad Turhan Yani
Dinamika perpolitikan pada tahun politik 2023-2024 dari waktu ke waktu memberikan suasana yang kompetitif, menjanjikan, dan sekaligus menggembirakan, kadang-kadang mengejutkan dan menegangkan karena ada hal-hal yang tak terduga, akan tetapi masih dalam suasana yang demokratis, terlepas dari saling kritik antar pihak. Inilah salah satu cerminan demokrasi yang sehat dan menggembirakan. Memang seharusnya demikian, demokrasi yang tidak menimbulkan ketegangan, kebencian, apalagi permusuhan. Gawe politik lima tahunan diharapkan dapat memberikan pembelajaran politik bagi masyarakat, khususnya bagi pemilih pemula, jangan sampai pemilih pemula yang baru memiliki hak politik mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan dari proses demokrasi lima tahunan, khawatirnya mereka akan menjadi apatis dan Golput, di sinilah peran dari para politisi dan tokoh dari berbagai elemen bangsa penting memberikan keteladanan dalam berpolitik.
Demokrasi dengan berbagai prakteknya, baik pada even Pemilu Presiden (Pilpres), Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Legislatif (Pileg), Pemilihan Kepala Desa (Pilkades), maupun even lainnya penting sekali merujuk pada nilai-nilai universal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat multikultural bangsa Indonesia (Bhineka Tunggal Ika). Keberagaman dalam berbagai aspek, baik agama, suku, budaya, ras, golongan, pandangan politik, maupun perbedaan lainnya perlu dijadikan sebagai modal sosial untuk mewujudkan dan membangun Indonesia ke depan yang lebih baik. Praktek demokrasi yang tidak merujuk nilai-nilai universal tersebut justru akan mencederai bangsa Indonesia sendiri.
Untuk mewujudkan demokrasi yang sehat dan penuh kegembiraan, perlu dikembangkan politik kebangsaan, yaitu politik yang dilakukan secara sehat dan sportif serta berorientasi pada kemaslahatan dan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi rakyat sebagaimana amanat Konstitusi. Proses politik yang kelak menghasilkan pempimpin bangsa dalam segala lini diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia lebih maju, bermartabat, berkeadilan, dan dapat mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat (Baldatun Toyyibatun Warabbun Ghafuur).
Dalam politik kebangsaan, demokrasi sebagai salah satu pengejawantahan politik penting sekali diwujudkan dengan berpegang pada prinsip musyawarah (syuro), berkeadilan (i'tidal), dan saling menghormati (tasamuh) satu sama lain di tengah perbedaan yang ada. Prinsip ini apabila dijalankan dengan komitmen tinggi oleh para politisi dan juga masyarakat secara keseluruhan dalam mengikuti pesta demokrasi dalam semua lini dan scope akan menjadikan demokrasi di Indonesia semakin berkualitas dan sehat. Demokrasi macam inilah yang akan memberikan dampak positif bagi perjalanan sebuah bangsa.
Dalam perspektif agama politik tidak selalu diorientasikan untuk memperoleh kekuasaan karena kekuasaan sesungguhnya bersumber dari Dzat Yang Maha Kuasa dan akan diberikan kepada seseorang yang dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa melalui sebuah proses politik yang disepakati bersama dan sesuai Konstitusi. Dalam konteks di Indonesia proses politik itu bernama Demokrasi, akan tetapi demokrasi bukanlah segala-galanya, demokrasi berjalan dengan baik atau tidak bergantung kepada siapa yang menjalankan. Oleh karena itu demokrasi perlu mendapat sentuhan nilai-nilai agama berupa prinsip-prinsip utama seperti yang telah dikemukakan di atas agar dalam prakteknya demokrasi sesuai dengan tujuan berbangsa dan bernegara.
Di samping itu, penting sekali direnungkan bersama bahwa terwujudnya persatuan dan kesatuan menjadi salah satu poin penting dalam sebuah kesepakatan bersama, khususnya antar pasangan Capres-Cawapres bersama tim sukses dan pendukung masing-masing. Oleh karena perlu dilakukan gerakan bersama Pemilu Damai di tengah perbedaan pandangan dan pilihan politik, serta perbedaan lainnya. Gerakan Pemilu Damai perlu dilakukan bersama sampai pada lapisan bawah, khususnya di tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan, Kecamatan.
Gerakan Pemilu Damai secara nasional pada semua lini perlu dilakukan bersama untuk menghasilkan suatu kesepakatan bersama yang dilandasi nilai-nilai kejujuran dan keadilan. Pemilu Damai yang telah dideklarasikan oleh berbagai pihak, di antaranya oleh sebagain pimpinan perguruan tinggi bersama berbagai pihak, pimpinan partai politik, dan lain sebagainya telah menjadi contoh yang baik, akan tetapi supaya lebih efektif dan berdampak perlu diteruskan sampai pada level bawah, para tokoh agama dan tokoh masyarakat pada level bawah bisa mengambil peran dalam gerakan nasional Pemilu Damai.
Dinamika perpolitikan yang sedang berlangsung saat ini penting sekali diikuti dengan suasana damai, gembira, dan tetap saling menjaga kerukunan. Perbedaan pilihan partai politik dan pilihan pasangan Capres-Cawapres tidak menjadi kendala untuk tetap bersahabat, berkawan, berteman, dan bersaudara. Poin inilah yang penting diwujudkan di manapun berada, di rumah, lingkungan sosial, tempat bekerja, dan di tempat-tempat lainnya.
Hadirnya suasana kehidupan yang harmoni dan penuh persaudaraan di tengah tahun politik memang menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia, jangan sampai terjadi permusuhan dan kebencian kepada sesama. Untuk mewujudkan harapan tersebut sikap dan perilaku semua anak bangsa perlu ditunjukkan bahwa kita ini adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan sebagai bangsa yang religius.
Proses politik yang kelak menghasilkan pemimpin bangsa dalam segala lini diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia lebih maju, bermartabat, berkeadilan, dan kehidupan yang sejahtera. Inilah yang yang ditunggu oleh seluruh bangsa Indonesia. Wallahu A’lam Bisshawab.
Artikel ini pernah dimuat pada https://jatim.kompas.tv/regional/462734/agama-demokrasi-dan-politik-kebangsaan?page=all
Share It On: