Talkshow Pekan FISIPOL bersama Eben Haezer dan Fauzan Al Rasyid: Media Indonesia di Tengah Isu Global
Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Surabaya kembali mengadakan talkshow bertema "Peluang dan Tantangan Media Indonesia di Tengah Isu-Isu Global" sebagai salah satu rangkaian acara Pekan FISIPOL UNESA dengan menghadirkan 2 narasumber yakni Eben Haezer, Aliansi Jurnalis Independen Kota Surabaya dan Fauzan Al Rasyid, News Producer RT (Russian Today) pada Senin, 22 Juli 2024 mulai pukul 09.00 - 11.00 WIB yang terlaksana secara daring melalui zoom meeting.
Talkshow daring ini pula dihadiri oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNESA, Dr. Wiwik Sri Utami, Koordinator Program Studi S1 Ilmu Komunikasi UNESA, Dr. Anam Miftakhul Huda, S.Kom., M.I.Kom., jajaran dosen dan staf akademik Program Studi S1 Ilmu Komunikasi UNESA, beserta seluruh mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Komunikasi UNESA dengan harapan besar dapat meningkatkan kepekaan dan kemampuan generasi muda terhadap media Indonesia terkini.
Di era ini, tantangan dalam bisnis media massa seakan semakin kompleks akibat menjamurnya media sosial dan kemunculan media massa berbasis online yang cukup mengundang pengiklan turut menambah jumlah kompetitor.
"Meski ada tantangan media massa tersebut, namun ketika dihubungkan dengan isu globalisasi maka hal ini menjadi sebuah peluang untuk bidang tertentu. Sebagai contoh, isu di bidang migrasi seperti kedatangan Rohingya ke Indonesia menjadi isu yang menarik atensi dan sorotan internasional. Di sisi lain, media Indonesia pula mencoba mengangkat isu lokal sehingga mendapat sorotan besar dan menembus perhatian masyarakat global, seperti Mata Lokal Menjangkau Nasional oleh Tribun News," ungkap Eben Haezer.
Hal senada pula dinyatakan Fauzan Al Rasyid bahwa masyarakat yang sudah melek media cenderung menunjukkan kecondongan terhadap media yang akan dikonsumsi.
"Masyarakat di era ini tergolong sudah modern dan keberadaan media anti-mainstream mampu merebut atensi publik untuk isu-isu tertentu. Jadi seperti sudah terpolarisasi dan pemetaan oleh masyarakat terhadap informasi dari media mana yang akan dikonsumsi atas suatu isu. Selain itu, media Indonesia pula sudah banyak memberikan kontribusi dan panggung di tingkat global pada kegiatan G20 dan KKT ke-43 ASEAN 2023 mampu menyedot atensi publik sehingga Indonesia berhasil menjadi top of mind media negara besar kala itu," ucap News Producer Russian Today.
Selanjutnya, aspek keterbukaan informasi dalam proses jurnalistik pun tentunya mampu mengundang keidealan dari aktivitas jurnalistik itu sendiri. Hal ini tak lepas dari tugas media untuk memenuhi hak publik dalam mendapatkan informasi.
Mirisnya, media Indonesia saat ini belum cukup terpenuhi secara penuh dan seakan hanya menjadi jargon formalitas media saja. Hal ini tak lepas dari adanya upaya-upaya yang berpotensi untuk membungkam hak-hak publik dalam mendapatkan informasi, mulai dari pembatasan akses internet hingga keberadaan informasi yang ditutupi oleh pihak tertentu.
Ketika akses informasi dibatasi, maka kesempatan masyarakat dalam mendapatkan informasi juga semakin sempit. Saat informasi semakin ditutupi, tantangan pun terasa semakin berat. Adanya upaya pembatasan informasi kepada masyarakat oleh media tertentu cukup menjadi tantangan tersendiri dan diharapkan masyarakat juga dapat teredukasi sehingga mampu berjulinalistik dengan aman.
Ketika berbicara mengenai keterbukaan informasi, Fauzan Al Rasyid menuturkan bahwa media Rusia dapat dengan bebas mengkritik pemerintah seperti media berbahasa Inggris, The Moscow Times.
"Keterbukaan informasi yang perlu diketahui oleh masyarakat merupakan tugas krusial lembaga pers sehingga mampu menyatakan kritik terhadap pemerintah. Banyak hal yang menjadi tantangan bagi pers di masa depan, namun hal ini harus menjadi aksi bersama para jurnalistik guna mencegah situasi yang tidak diinginkan ke depannya. Menjadi harapan besar untuk para jurnalistik guna dapat membangun sebuah gerakan moral yang menempatkan pers kembali sebagai alat pengawas untuk pemerintah," tutup Eben mengakhiri sesi talkshow pagi ini [int, 2024].
***
Laboratorium Ilmu Komunikasi UNESA
Artikel ini juga dipublikasikan di ilkom.fisipol.unesa.ac.id.
Share It On: