FISH UNESA Selenggarakan Seminar Nasional bertema “Tantangan dan Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat Indonesia Untuk Menjaga Martabat Bangsa”.

Pada hari Rabu, 15 September 2021, Fakultas Ilmu Sosial dan
Hukum Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyelenggarakan seminar nasional bertema
“Tantangan dan Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat Indonesia Untuk Menjaga
Martabat Bangsa”. Acara berlangsung secara online dengan tiga pembicara yaitu
Dekan FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA,
M.Phil., Ph.D., dan Guru Besar UniSZA Malaysia Prof.Dr.Mohd Afandi Salleh dan Wakil
Dekan Bidang Akademik FISH, UNESA Dr M. Turhan Yani, MA. Dengan Ali Imron,
S.Sos., MA, Dosen UNESA sebagai moderator.
Wakil Rektor Bidang Akademik UNESA, Prof.Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., pada
kesempatan ini menyampaikan beberapa pesan dari Rektor UNESA, menurutnya tema
seminar menarik untuk ditelaah; Oleh karena itu, ada tiga perspektif yang
dibahas yaitu, (1) pemberdayaan dari sudut pandang sosiologis, (2) pemberdayaan
dari sudut pandang hukum, dan (3) pemberdayaan dari sudut pandang hukum.
Pada kesempatan ini prof. Muzakki menggambarkan peran kampus dalam konteks
pemberdayaan masyarakat. Mengapa pemberdayaan masyarakat penting? Menanggapi
pertanyaan tersebut, sang profesor mengajak untuk mengambil pelajaran dari
pandemi Covid19 yang sejak awal memicu respon berbeda dari masyarakat. sulit
bagi pemerintah untuk mengelola dan mengendalikan penyebaran Covid19. “Masalah
ini sangat kompleks dan merupakan masalah sosial yang harus diselesaikan oleh kampus-kampus,”
ujarnya.
Pentingnya pemberdayaan kampus dapat dilihat dalam beberapa hal. (1) Hubungan
Tridarma Perguruan Tinggi dengan World Class University (WCU). (2) kebijakan
keadilan sosial negara. (3) Aksesibilitas terhadap layanan pendidikan tinggi.
(4) Akademisi sebagai intelektual tradisional dan organik. “Akademisi harus ada
untuk tumbuh bersama masyarakat, menyuarakan suara masyarakat dan memberikan
solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Prof Afandi menjelaskan bahwa Indonesia memiliki jumlah penduduk
yang besar dan masyarakat yang beragam. Sumber daya alamnya melimpah.
Menurutnya, Malaysia telah belajar banyak dari Indonesia dalam hal budaya,
sejarah dan ilmu pengetahuan. “Dari sudut pandang diplomatik kedua negara ini,
hubungan itu seperti kakak beradik,” katanya. Dalam upaya pemberdayaan,
Indonesia dan Malaysia dapat memanfaatkan peluang untuk kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi dan globalisasi. “Diplomasi budaya Indonesia dan Malaysia saling membutuhkan,
kearifan lokal sebagai aset bangsa, memajukan respon ekonomi digital dan
hubungan kerjasama yang kuat,” katanya.
Dari sisi pendidikan, Dr. M. Turhan Yani, MA awalnya mengungkapkan temuan KPAI
tentang angka putus sekolah dan pernikahan “dini” di masa pandemi. Fakta-fakta
tersebut menjadi bagian penting dan tantangan bagi pemberdayaan masyarakat.
Kerja pemberdayaan di bidang pendidikan dapat dilakukan melalui pilar-pilar pendidikan,
yaitu; belajar untuk mengetahui, belajar untuk melakukan, belajar untuk menjadi
dan belajar untuk hidup bersama. “Tugas ini tentunya bukan hanya tugas lembaga
pendidikan formal saja, tetapi harus diselesaikan bersama seluruh elemen
bangsa,” ujarnya.
Share It On: